Selasa, 29 Maret 2016

KRONOLOGI TERJADINYA PERILAKU PENYIMPANGAN SOSIAL


Berita mengenai penyimpangan sosial seolah telah menjadi konsumsi rutin setiap hari bagi masyarakat yang disuguhkan dalam berbagai surat kabar maupun media elektronik dan media sosial. Apalagi penyimpangan-penyimpangan tersebut melibatkan hampir semua keterwakilan dari semua elemen masyarakat, yakni masyarakat biasa, selebriti maupun pejabat publik. Penyimpangan-penyimpangan seperti pencurian, pembunuhan, masalah rumah tangga, tindakan dan perilaku asusila, penipuan, korupsi, tindakan kekerasan hingga penyalahgunaan NAPZA yang memang tidak bisa ditutup-tutupi karena kita berada pada era kebebasan pers. Siapapun pelakunya, masyarakat boleh dan berhak mengetahuinya. 
Kenapa hal-hal diatas bisa terjadi? Karena hal-hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor . 
Yang pertama, tentunya masalah psikologi. Berbagai pergolakan batin, tekanan mental serta pengaruh lingkungan sosial yang sewaktu-waktu dapat merubah niat dan jalan fikiran setiap orang untuk berbuat sesuai dengan naluri dan kehendaknya. Apapun alasannya, baik itu indikasi faktor kelainan, kepribadian ganda, doktrinisasi maupun hal lainnya, problemnya pasti bermuara pada satu faktor penting yakni faktor psikologi. Setiap permasalahan hidup yang begitu kompleks, penuh tekanan, tidak mendapatkan solusi dari setiap masalah yang dihadapi, pengkhianatan dan sebagainya sehingga menimbulkan rontoknya mental, stress dan depresi. Ketika sudah sampai disana, sesuatu yang tidak diduga sebelumnya pun kemungkinan besar dapat terjadi.Beberapa tips atau cara untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan diatas bisa dengan seringnya melakukan brain storming dengan orang-orang yang expert, senantiasa intens berinteraksi dan komunikasi atau sekedar sharing-diskusi kecil bersama orang-orang terdekat, serta jangan terlalu sering menyendiri, karena ketika kita sedang menyendiri secara otomatis fikiran dan kita sedang dalam keadaan netral, dan dalam keadaan netral tersebutlah energi positif dan energi negatif saling berlomba untuk merasuki batin dan fikiran.
Kedua, yang juga bisa dikatakan merupakan turunan atau sub dari faktor psikologi, yakni masalah Ekonomi. Baik di Indonesia maupun dihampir setiap negara du dunia, khususnya negara-negara berkembang, masalah ekonomi masih menjadi primadona yang menyebabkan timbulnya berbagai perilaku kesenjangan sosial seperti pencurian, penipuan, terorisme, perceraian, perilaku asusila, transaksi perdagangan terlarang, korupsi, pesugihan dll. Penyebab timbulnya perilaku diatas bisa saja dipengarui oleh beberapa faktor, kani kebutuhan mendesak (primer), kebutuhan penunjang (sekunder) serta kebutuhan pemuas (tersier). 

Kebutuhan mendesak tentunya didominasi oleh kaum menengah kebawah yang notabene masyarakat miskin yang kebutuhannya terkadang terpenuhi atau terkadangtidak. Seakan setiap hembusan nafasnya selalu mencari cara bagaimana agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Jenis orang seperti ini menjadikan pemenuhan kebutuhan ekonomi sebagai prioritas dan sebagai ujung tombak keberlangsungan hidupnya.

Adapun kebutuhan penunjang (sekunder) adalah bagi mereka yang kebutuhan primernya sudah terpenuhi namun masih bernafsu untuk membuat list dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru sebagai pendukung-penunjang untuk melengkapi kebutuhannya. Orang-orang seperti ini termasuk kepada kategori menengah. Kesenjangan yang sering terjadi pada kategori ini adalah penipuan, perceraian, perselingkuhan, dan terkadang pula perilaku asusila. Karena pada dasarnya dalam kategori ini yang dicari adalah perlengkapan hidup dan mengejar kepuasan.

Sedangkan kebutuhan pemuas (tersier) adalah bagi mereka yang telah mampu memenuhi kebutuhannya, bahkan telah hidup mapan namun ingin mendapat kepuasan dan biasanya penyimpangan dikelompok ini melibatkan orang-orang yang strata sosialnya lebih tinggi dan elit, baik elit pengusaha maupun penguasa, sosialita, selebriti dst. Penyimpangan yang terjadi pada kategori ini adalah KKN, penyalahgunaan NAPZA, perilaku dan tindakan asusila bahkan problem rumah tangga seperti perceraian dan perselingkuhan. 

Ketiga adalah faktor lingkukngan sosial, dimana seseorang tinggal dalam suatulingkungan yang diawali tidur hingga bangun serta hubungan-interaksinya dengan orang-orang disekitarnya baiklingkungan tinggal, lingkungan kerja maupun lingkungan sosial lainnya. Karena disadari atau tidak,secara langsung atau tidak langsung apa yang dilihat dan apa yang didengar akan berpengaruh terhadap karakter maupun pemikiran seseorang. Karena sebagian dari apa yang dilihat dan didengar dapat memberikan sugesti terhadap pemikiran dan batin seseorang tersebut. Pergolakan fikiran serta batin yang berkepanjangan dan intens pastinya akan menggumpal menjadi sebuah karakter dan lebih jauh lagi idealisme, pola fikir (mind set), serta kerangka berfikir (paradigma). Akan menjadi kabar baik jika lingkungan sosialnya baik dan kondusif. Namun apa jadinya jika sebaliknya?

Perlu kita ingat bersama bahwa meningkatkan moral, karakter, budaya serta identitas bangsa adalah tugas kita semua. 

TO BE CONTINUED



Tidak ada komentar:

Posting Komentar